Khotbah Minggu Tgl 11 Juli 2021 : Ulangan 28 : 1-4

Invocatio:   “Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah – sebab IA memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur” (Mazmur 127:2).

Bacaan:      Lukas 16 : 10 – 15 

Khotbah:    Ulangan 28 : 1 – 14 

Thema:       “Tekun Beriman Dan Bekerja”

(B.Karo: “Tutus Erkiniteken Ras Erdahin”)

 Pendahuluan

Pernahkah kita mengalami “Salfok” atau salah fokus? Contoh sederhana, misalnya dalam beribadah. Mestinya fokus memuji Tuhan dan mendengarkan firman Tuhan tapi malah fokus bermain game online atau mengomentari (b.Karo: “mandangi”) penampilan para jemaat yang beribadah. Tentulah sikap seperti ini tidak baik.

Kita perlu hati-hati agar tidak salah fokus. Jangan sampai kita hanya fokus kepada berkat-berkat Tuhan dan bukan kepada Tuhan Sang Pemberi berkat.

I.  Isi

Ulangan 28 : 1 – 14, oleh LAI diberi judul “berkat”. Berkat-berkat yang dijanjikan TUHAN kepada bangsa Israel adalah berkat berupa tempat yang lebih utama bagi Israel melebihi semua bangsa lain (ay.1); rangkaian berkat di tempat kerja, keturunan, hasil pekerjaan atau usaha dan rumah tangga, bahkan saat pergi atau pulang (ay.2-6); berkat berupa perlindungan dan kemenangan atas musuh (ay. 7); berkat berupa kesejahteraan dan kelimpahan hidup di tanah perjanjian (ay.8, 11-12); berkat berupa ditetapkan sebagai umat yang kudus (ay.9). Tuhan berjanji akan membuka perbendaharaan-Nya yang melimpah (ay.12).

Namun, berkat-berkat yang dijanjikan Allah ini bukan begitu saja diterima bangsa Israel atau bukan karena sudah merupakan haknya bangsa Israel. Semua berkat yang Alah janjikan akan diberikan Allah bila bangsa Israel tetap setia dan taat kepada perintah Allah. Hal ini dinyatakan di dalam ay.2 “Segala berkat ini akan datang kepadamu  dan menjadi bagianmu, jika engkau mendengarkan suara TUHAN, Allahmu.” Begitu juga di ay.9 “TUHAN akan menetapkan engkau sebagai umat-Nya yang kudus, seperti yang dijanjikan-Nya dengan sumpah kepadamu, jika engkau berpegang pada perintah  TUHAN, Allahmu, dan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya.” Dan di ay.14 “dan apabila engkau tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri dari segala perintah yang kuberikan kepadamu pada hari ini, dengan mengikuti allah lain dan beribadah kepadanya."

Mengapa berkat TUHAN dikaitkan dengan ketaatan dan kesetiaan kepada TUHAN? Sebab berkat TUHAN adalah tanda kebaikan-Nya bukan sebaliknya, kita menerima berkat Tuhan karena kebaikan kita. Hal ini harus terus kita sadari. Dalam realita kehidupan, kita sering melihat orang-orang yang menjauh dari Tuhan, bukan saat hidup mereka sulit, tetapi justru saat hidupnya berjalan dengan baik.

Ada sebuah kisah kehidupan yang saya dengar dari seorang pendeta, begini kisahnya:

Ada seorang bapak yang sedang berbaring sakit di sebuah rumah sakit. Bapak ini merasa kalau hidupnya tidak lama lagi. Untuk itu melalui isterinya ia mengumpulkan ketiga anaknya yang sudah dewasa dan berkeluarga. Kemudian di depan isteri, anak dan mantunya si  bapak berkata, ”Perusahaan yang kita miliki adalah impian papa sejak muda. Papa berjuang siang dan malam agar perusahaan itu bisa besar, dan sekarang kalian bisa melihat apa yang telah papa perbuat betul-betul berhasil. Papa merasa papa tidak lama lagi di dunia ini karena penyakit papa makin lama makin berat dan dokter telah mengatakan kemungkinan papa tidak lama lagi hidup. Untuk itu papa ingin pesan kepada kalian. Kelola perusahaan ini baik-baik, akur-akurlah dan fokus pada pekerjaan di dalam perusahaan ini. Jangan macam-macam. Perhatikan tetangga sebelah, perusahaan tetangga sebelah sangat agresif dan ia akan menjadi kompetitor kita yang paling berbahaya”. Di dalam suara yang lemah si papa berpesan lagi, “Ingat perusahaan Jaya Abadi. Utangnya sudah Rp 300 juta. Jangan dikasi barang lagi sampai dia melunasinya. Orang itu agak licin”. Lalu dengan terengah-engah si papa berkata lagi, “Bulan depan ingat anak-anakku, ada pameran mesin di Jerman. Tolong kalian atur siapa yang menghadirinya. Kalau ada model baru dan kalian pikir itu bermanfaat demi kemajuan perusahaan, beli! Jangan banyak pertimbangan, sebab kunci dari sebuah perusahaan adalah mengikuti selera pasar”. Kemudian dengan terengah-engah si bapak titip pesan lagi, “Perusahaan ini adalah impian papa sejak muda tolong dijaga.” Ketiga anaknya mengangguk-angguk dengan hormat kepada papa mereka yang telah membuat suatu perusahaan yang begitu besarnya dan seluruh harta kekayaan telah dilimpahkan kepada ketiga anak-anaknya. Kemudian di tengah malam bapak itu meninggal dunia dan anak-anaknya menguburkannya dengan rasa hormat sekali.

Kisah ini memperlihatkan sebuah contoh seorang figur yang punya mimpi dan berani mempunyai mimpi dengan kerja keras. Dia sukses dan dia berhasil. Tetapi dia juga salah satu figur yang merupakan salah fokus dalam hidup ini. Pikirannya hanya pada perusahaannya, karirnya, bisnisnya, sampai pesan terakhir pun hanya berkisar pada perusahaannya. Si bapak salah fokus. Dia tidak pernah berpikir kehidupan setelah kematian tiba, kehidupan di dalam kekekalan. Hidupnya mencintai dunia dan bukan setia serta taat kepada Sang Pemberi berkat yang telah menyertai kehidupan dan usahanya.

Kita harus menyadari dan mengakui, bahwa dengan penyertaan dan berkat Tuhanlah maka usaha dan pekerjaan kita memperoleh hasil. Sebagaimana dinyatakan oleh ayat Invocatio yang diambil dari Mazmur 127 : 2, “Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah – sebab IA memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur.” Ada kuasa peranan Tuhan dalam keberlangsungan pekerjaan dan usaha yang kita lakukan. Oleh karena itu, setiap usaha atau pekerjaan yang kita lakukan, lakukanlah itu dengan bertanggung jawab dan sungguh-sungguh sebagai perwujudan iman kita kepada Tuhan Sang Pemberi berkat. Dan kita harus berlaku hati-hati agar tetap mengabdi kepada Allah bukan kepada mamon sehingga menjadi hamba uang, sebagimana diingatkan di Lukas 16 : 10 – 15.

II.   Refleksi

Minggu ini disebut minggu Peningkatan Ekonomi Jemaat, yang merupakan minggu khusus yang ditetapkan oleh gereja GBKP untuk memberikan pengertian dan dorongan tentang pentingnya peningkatan ekonomi jemaat. Tujuannya agar kehidupan semakin baik sehingga mampu menjadi saluran berkat Tuhan sehingga nama Tuhan dimuliakan.

Perl uterus kita jaga kesadaran kita, bahwa berkat yang Tuhan berikan merupakan tanda kebaikan Tuhan kepada kita sehingga mendasari kita untuk taat dan setia kepada Tuhan, dan bukan kesempatan untuk tidak mematuhi-Nya. Ketika kita sadar akan hal ini, maka hubungan kita dengan Tuhan tidak melemah, bahkan akan semakin dikuatkan, oleh anugerah dan berkat-Nya sehingga kita semakin mampu menjadi saluran berkat Tuhan. Tekunlah beriman dan bekerja. Jangan salah fokus.

Pdt.Asnila br Tarigan

GBKP Rg. Cijantung.

Khotbah Minggu Tgl 04 Juli 2021 ; Ulangan 16 : 9 - 12

MINGGU PESTA PANEN (KERJA RANI)

Invocatio      :“Muliakanlah Tuhan dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala pengasilanmu” (Amsal 3:9) 

Pembacaan   :  Markus 12 : 28-34

Khotbah       :  Ulangan 16 : 9-12

Tema            : “Membawa Persembahan Sukacita” (B.Karo: “Maba Persembahen Ukur Meriah”)

Pengantar

Panen  adalah  pemungutan (pemetikan ) hasil sawah atau ladang. Istilah ini paling umum dipakai dalam kegiatan bercocok tanam dan menandai berakhirnya kegiatan di lahan. (  http : //id.wikipedia.org,wiki, panen ). Panen bagi petani adalah sesuatu yang ditunggu dan diharapkan  setelah  menanam, merawat  akhirnya menuai hasil. Mengingat pekerjaan manusia sekarang tidak  semua bergerak dalam bidang pertanian maka kata panen ( hasil ) dapat  dimaksudkan juga kepada  hasil pekerjaan   : gaji, keuntungan dagang, keuntungan usah dan lain-lain.  

Pendalaman  Nats

Dalam kitab Ulangan 16 : 1-16  ada tiga hari raya utama yang diperingati  yaitu : hari raya Paskah, hari raya pesta panen dan hari raya pondok daun. Dalam Keluaran 34 :22 dikatakan pesta panen dipestakan saat memulai panen yang pertama. Pada waktu orang mulai menyabit gandum yang belum dituai, haruslah engkau mulai menghitung  tujuh  minggu  itu.  (Ulangan 16 : 9b ). Pesta panen dilakukan sebagai persembahan  sukarela yang diberikan sesuai dengan berkat yang diberikan Tuhan (Ulangan 16:10 ).  Memberi dengan kerelaan bukan karena terpaksa. Memberi karena telah lebih dulu mendapat. Sehingga dalam pelaksanaanya pesta panen mendatangkan  “ sukaria “ bagi seluruh keluarga  ( engkau, anak laki-laki, anak perempuan ) termasuk juga orang yang tinggal dalam rumah yaitu hamba laki-laki, hamba perempuan, juga bagi orang lewi yang ada ditempatnya berada, orang asing, anak yatim dan janda.

Pesta panen dilakukan untuk  mengingatkan bangsa Israel dulu pernah menjadi budak di Mesir. Sebagai budak tentunya bukan hal yang menyenangkan, karena terikat dalam ketidak bebasan. Namun setelah bangsa Israel bebas dari perbudakan Mesir  dapat bebas mengerjakan lahannya dan menghasilkan   disyukuri sebagai pemberian yang datangnya dari Tuhan. Jika dalam perbudakan di Mesir bangsa ini hidup dari pertolongan orang, maka ketika mereka bebas dan pekerjaannya diberkati Tuhan menghasilkan, merekapun digerakkan  mau berbagi dan memberi bagi orang lain. Sehingga dalam pesta panen terkandung makna : bersyukur atas berkat yang di beri Tuhan, berkat tersebut dirasakan membawa sukacita, dan mau menjadi berkat  dengan berbagi dan memberi kepada orang lain.

Ketetapan Pesta panen harus dilakukan dengan setia  (Ulangan 16 :12 ). Artinya terus dilakukan dalam kehidupan bangsa Israel. Dalam Imamat 23 : 9 - 11, dikatakan : “ Tuhan berfirman kepada Musa : berbicaralah kepada orang Israel dan katakan  kepada mereka : Apabila kamu sampai ke negeri yang akan Kuberikan kepadamu, dan kamu menuai hasilnya, maka kamu harus membawa seberkas hasil pertama dari penuaianmu kepada imam.

Dan imam itu haruslah mengunjukkan berkas itu dihadapan Tuhan, supaya Tuhan berkenan akan kamu. Imam harus mengunjukkannya pada hari sesudah sabat itu. “

Aplikasi

Pesta panen di laksanakan ditengah-tengah perjalanan gereja. Dalam konteks sekarang mengarah kepada pemahaman dan aktualisasi iman, Tuhan telah memberi hasil atas tuaian. Dari hasil tuaian  umat datang memuliakan Tuhan dengan memberi persembahan pesta panen. Sesuai dengan agenda Almanak GBKP pelaksanaan persembahan pesta panen dilaksanakan pada Minggu 04 Juli  2021 ini, untuk itu setiap umat marilah bawa persembahan hasil tuaian kita.  Bangsa Israel membawa bentuk-bentuk dari hasil tuaian berupa : seekor domba, dua sepersepuluh efa tepung yang terbaik, dua buah roti yang dibuat dari dua persepuluh efa tepung terbaik, tujuh ekor domba berumur setahun, seekor lembu jantan, dua ekor domba jantan, seekor kambing jantan….  ( Im.23 : 12- 19 ). Begitu banyak yang mereka persembahkan karena mereka menyadari sudah menerima banyak dari Tuhan.  Pada minggu ini, saat kita memuliakan Tuhan dalam pesta panen ini, berikanlah yang banyak dan yang terbaik bagi Tuhan, karena Tuhan telah banyak memberkati hidup kita. Pesta panen mendatangkan sukacita,  pesta panen berbagi dan menjadi berkatlah….Meskipun sudah 1 tahun kita menjalani kehidupan  kita dalam masa pandemic covid 19 tapi tetap kita dimampukanNya untuk tetap dapat memberikan persembahan kerja rani kita dengan penuh sukacita…”Selamat memberi yang terbaik bagi kemuliaan namaNya.

Pdt. Prananta Jaya Ginting Manik, S.Si (Teol) MM

GBKP Rg.Bogor Barat

Khotbah Minggu Tgl 27 Juni 2021 ; Mazmur 65 : 10-14

Minggu Merdang

Invocatio    : “Dan engkau akan makan dan akan kenyang, maka engkau akan memuji TUHAN, Allahmu, karena negeri yang baik yang diberikan-Nya kepadamu itu.” (Ulangan 8:10).

Bacaan       : Markus 4: 1-9

Kotbah        : Mazmur 65: 10-14 

Tema          : “Tuhan Memberkati Tanaman” (B.Karo: “Ipasu-pasu Tuhan Sinuan-sinuan)

1.    Dalam bahasa Karo, Mazmur 65 ini diberi judul “Puji-pujin ras pengataken bujur” sedang dalam bahasa Indonesia diberi judul “Nyanyian syukur karena berkat Allah”. Baik dalam hal spritual (pengampunan dosa) juga berkat fisik (anugerah Tuhan atas tanaman dan ternak). Judul tersebut mewarnai mazmur ini. Oleh karena itulah, Mazmur ini dimulai dengan lagu pujian kepada Allah yang biasanya disampaikan pada saat pesta panen orang Israel (Artur Weiser; 2015; 462). Mazmur ini mungkin memiliki latar belakang situasi dari akhir masa kekeringan, seperti di dalam 1 Raj. 8 (khususnya ay. 35 dst. A.A. Anderson:1980; 464). Dan khusus nats kotbah di Minggu ini melukiskan tindakan dan karya Allah dalam alam ini, maka ay. 10-14 ini menyatakan puji-pujian kepada Allah yang memberkati ladang dan ternak(ucapan syukur atas penyediaan hidup dari Tuhan dan panen yang melimpah melalui kesuburan). Apa yang terjadi di Mazmur ini oleh beberapa penafsir mengatakan terjadi pada saat mundurnya Asyur setelah doa Hizkia, karena menurut Yesaya 37:30 “Dan inilah yang akan menjadi tanda bagimu, hai Hizkia: Dalam tahun ini orang makan apa yang tumbuh sendiri, dan dalam tahun yang kedua, apa yang tumbuh dari tanaman yang pertama, tetapi dalam tahun yang ketiga, menaburlah kamu, menuai, membuat kebun anggur dan memakan buahnya”, paneh berlimpah.  Ada beberapa metafora yang sangat indah dan menarik dalam bagian ini.

-         Pertama, ada sebuah gambaran tentang Allah sebagai yang mengatur sistem pertanian (ay.10-12): Tanah dijadikannya subur sehingga menghasilkan panen melimpah. Itu terjadi karena sungai (batang air) melimpah (ay.10). Gambaran Allah “pertanian” semakin jelas dalam ay.11, karena di sana dilukiskan bahwa Allah ikut campur-tangan dalam proses membajak tanah dan menyuburkannya. Hasil dari itu semua ialah kesuburan dan kelimpahan (ay.12). Bahkan jejak Allah pun “mengeluarkan lemak.”

-         Kedua, di ay.13-14 ada metafora yang indah mengenai tanah padang gurun, mengenai bukit yang berikat-pinggang sorak-sorai, mengenai padang rumput yang berpakaikan kawanan kambing-domba, mengenai lembah yang berselimut gandum. Itu semua adalah lambang kesuburan dan kemakmuran hidup pertanian dan para gembala.

2.    Ay. 10-14 ini sebagai pujian kepada Tuhan yang mendatangkan hujan sehingga sesuatu bertumbuh di ladang dan di padang. Dalam syair ini digunakan istilah-istilah yang jarang terdengar di dalam Alkitab, irama dan suasana pun berlainan dibandingkan dengan mazmur pada umumnya sehingga timbul kesan bahwa di sini, suatu nyanyian kepada dewa alam diambil alih dan diperuntukkan bagi Tuhan. Dan boleh jadi mazmur ini disusun untuk ibadah ucapan syukur yang tertentu. Kemarau menimpa negeri dan umat Allah menyadari bahwa bencana alam itu merupakan hukuman atas dosanya, sehingga mereka meminta pengampunan dosanya itu. Turunnya hujan yang deras dipandang sebagai jawaban Tuhan atas doa mereka dan disambut dengan meriah. Namun, mazmur ini dikalimatkan sedemikian rupa sehingga dapat dipanjatkan sebagai ucapan syukur sesudah panen ketika orang-orang dari pembuangan sudah kembali dari Babel dan berulang-ulang dalam sejarah umat Allah sampai sekarang ini. Terutama dalam bahasa Inggris kiasan mazmur ini mempengaruhi rasa syukur terhadap keindahan alam yang diberikan Tuhan (M.C Barth-Frommel & B. Anton Pariera; 2016; 627-628).

3.    Di hadapan orang yang penuh rasa syukur, atau bagi orang yang tahu bersyukur, segala sesuatu tampak seperti penuh kegiarangan dan sorak-sorai. Bahkan alam pun tampak seperti bersorak-sorai kegirangan (Itu semua adalah lambang kesuburan dan kemakmuran hidup pertanian dan para gembala). Secara psikologis hal ini bisa dijelaskan dengan gejala proyeksi. Sebuah pengalaman internal psikologis seseorang seakan dilontarkan keluar, sehingga sebuah sukacita rohani seakan tampak juga di luar sana secara objektif. Tetapi ingat, pengalaman negatif juga bisa diproyeksi dengan cara yang sama. Hanya yang kita temukan dan alami sekarang ini ialah sebuah proyeksi pengalaman rohani dan psikologis yang positif.

Sehubungan dengan hal ini, bagi bangsa Israel, mengucap syukur atas panen di hari raya adalah bagian penting dari doa mereka untuk panen di tahun berikutnya. Rasa syukur adalah bagian integral dari kebergantungan mereka kepada Tuhan dan faktor penting dalam pengharapan mereka terhadap kebaikan Tuhan.

4.    Allah yang berdaulat dan dunia tidak berjalan sendiri (otonom). Dengan bersyukur kepada Tuhan, mazmur ini mengingatkan orang-orang bahwa Tuhan adalah Tuhan yang berdaulat atas semua ciptaan, menjawab doa, mengampuni dosa, memelihara kehidupan, dan memberkati bumi dengan kesuburan. Sehingga digambarkan tanaman begitu subur sehingga mereka seolah-olah bernyanyi kegirangan sebagai respon mereka terhadap Pencipta (Allen P. Ross; 2013; 408-409). Pemazmur percaya bahwa manusia yang berserah diri kepada Allah dapat menyaksikan dan mengalami mujizat atau perbuatan ajaib yang dilakukan Allah. Mujizat-mujizat itu terjadi bukan karena kebetulan, melainkan karena kuasa Allah yang terjadi agar manusia takut dan menaruh hormat kepadaNya. (mengutip tulisan dari Pertanianku.com. Terlepas dari kecanggihan serta inovasi teknologi pertanian, tapi saat ini Israel telah mampu mengekspor 40 jenis hasil pertanian unggul di tengah lahan yang tandus.)

5.    Kita dan apa yang kita usahakan/ kerjakan adalah integral. Digambarkan di ay. 10-14 bahwa Allah memperhatikan dan memberkati tanah itu. Ia mengindahkannya, seperti diindahkannya manusia menurut Mazmur 8:5 “8:5 apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?”,  “membanjirinya ” dengan berkat, mengaruniakan “kelimpahan dan kekayaan”. Begitu besar berkat-Nya, sehingga Allah dipuji. Batang air, sudah penuh air dan mengairi, melalui hujan gandum dan tanaman lainnya tumbuh. Bukit dan padang, yang tandus di musim kemarau, menghijau kembali ketika hujan turun. Kambing-domba, yang beranak pada musim itu, berkembang biak karena tersedia rumput yang melimpah. Mengingatkan kita, bahwa kita dan segala usaha kita (dalam mazmur ini pertanian dan peternakan) adalah satu kesatuan. Tidak ada keterpisahan antara orang dan usahanya dihadapan Tuhan. Ketika Tuhan mengindahkan manusianya, Tuhan juga mengindahkan usahanya, dan sebaliknya.

6.    Pengakuan, doa, dan berkat. Di dalam Doa Bapa Kami ada kalimat “berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami...” Daud meyakini bahwa Allah menjawab doa-doanya dengan hadirnya pemeliharaan Allah tidak terlepas dari pengakuannya kepada Tuhan akan pelanggarannya (ay. 3-4). Lagi, pemazmur meyakini bahwa kehadiran Tuhan dalam proses pertanian tersebut diyakini sebagai jawaban doanya. Di ay. 3 “Engkau mendengar doa”, ay. 6 “Engkau menjawab kami”. Maka dalam kaitan ini, mengakui kesiaapan kita, mendoakan yang kita kerjakan akan mendatangkan pemeliharaan Tuhan.

7.    Melihat perbuatan Tuhan dalam keseharian yang menurut kita selama ini alamiah/ “biasa saja”. Wilayah Israel dan sekitarnya, terkenal dengan daerah yang kurang subur.). Tetapi pemazmur menyaksikan kebesaran Tuhan yang berkarya bagi kebutuhan umat-Nya ketika menjadikan tanah yang gersang tersebut penuh dengan batang air yang kaya dan melimpah sehingga tanah yang kurang subur tersebut dapat ditanami demi kelangsungan hidup. Maka, “In an arid area, rain was God’s good gift.”/ di tanah daerah gersang, hujan adalah anugerah Tuhan.” (James H. Waltner; 2006; 317).  Lagi, pemazmur mengakui proses tersebut, dengan basahnya alur bajak, tanah yang berlimpah air karena turun hujan, dan hijaunya tumbuhan di padang, menurut pemazmur adalah perbuatan Tuhan yang memberkati. Tuhanlah yang berkarya atas hal tersebut. Pemazmur mampu menemukan karya Allah yang memelihara tanaman dan ternak tersebut, yang menurut sebagian kita mungkin hal tersebut biasa saja. Tanpa Tuhan pun, proses alam tersebut bisa berjalan, hujan itu biasa saja, tetapi seperti James Waltner katakan di atas, hujan adalah anugerah Tuhan. Pemazmur di dalam proses yang mungkin biasa-biasa saja tersebut, dia melihat bahwa ada Tuhan yang berkarya dalam bagian-bagian kecil tersebut. Sehingga, umumnya orang yang mengatakan “biasa saja/ biasa nge/ enggo kin bage arusna” (bdk. Ndilo wari udan.  Kegiatan ini dilakukan apabila sudah lama tidak turun hujan. Tentu hal tersebut mengakibatkan terjadinya kesulitan kehidupan, karena umumnya orang Karo hidup dari sektor pertanian) tersebut biasanya tidak akan mampu bersyukur kepada Tuhan.

Paulus justru mempersaksikan akan kesiapaan Tuhan lewat hujan dan musim subur. Kis. 14:17 “namun Ia bukan tidak menyatakan diri-Nya dengan berbagai-bagai kebajikan, yaitu dengan menurunkan hujan dari langit dan dengan memberikan musim-musim subur bagi kamu. Ia memuaskan hatimu dengan makanan dan kegembiraan.

8.    Minggu merdang mengingatkan kita hormat akan Tuhan. Orang Israel meyakini bahwa tanah perjanjian itu adalah milik Tuhan yang dipinjamkan kepada mereka untuk dikelola dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup mereka. Karena itulah tanah itu tidak dapat diperjualbelikan dengan sembarangan, apalagi kepada orang asing (bdk. Ul. 26:1-11. b. Agar umat Tuhan menghormati Tuhan dengan cara beribadah kepada-Nya. Kalimat “arus ibabandu ku ingan ersembah si sada e.” (26:2b, 10) menyatakan penghormatan kepada TUHAN. Untuk mereka harus menyiapkan waktu untuk beribadah kepada-Nya dan mempersembahkan hasil panen kepada Tuhan).

9.  Kai si suan e ka nge turah seh erbuah (Gal. 6:7b “...Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.”). Menabur/ ngerdangken tidak hanya benih di pertanian tetapi juga kebaikan. Taburlah benih-benih kebaikan. Maka kita akan menuai berkat di ladang-ladang yang tidak terduga. “ula kari dekahen nuankenca asangken mperanisa”, kadang memulai adalah sesuatu hal yang sulit kita lakukan. Mulailah hari ini, tabur benih kebaikan. Meski kadang tidak kelihatan hasilnya. Tapi seperti di dalam lirik KEE No.68 “… e mate kap benih lebe…lah turah page nge. Yang kelihatannya mati, terlupakan, namun hidup berbuah banyak. Gambaran ini memotivasi untuk tetap menabur kebaikan dimana dan saat kapan pun.

Salam.

Pdt. Dasma Sejahtera Turnip, -

GBKP Rg. Palangka Raya

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate